Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Noktah

Langit yang Kita Pandangi, Senja yang Kita Bagi Di tahun 2023, aku bertemu Kinur di sebuah universitas di kota kami. Dalam sekejap pandang, aku merasakan sesuatu yang asing namun menenangkan. Matanya menjadi titik pertama yang menarik, namun lambat laun aku menyadari bahwa setiap kekurangan dan kelebihan dalam dirinya memikat tanpa perlu banyak alasan. Dia adalah seorang introvert yang selalu tenang, namun juga misterius dalam diamnya. Ada sisi pemalu, pendiam, dan bahkan ketidakstabilan dalam perasaannya, yang mungkin bagi sebagian orang adalah kekurangan. Tapi bagi diriku, itu adalah keindahan yang unik—kecantikan yang terselip dalam ketenangan dan keberanian yang halus. Hari demi hari, aku semakin terbiasa akan kehadirannya. Terbiasa pada kebiasaannya yang lebih banyak berdiam, namun mengisi ruangan dengan pesona yang lembut. Kami sering berpapasan di ruang kelas, dan dalam momen itu aku merasa ada ikatan yang aneh tapi nyata, seolah-olah takdir memang sengaja menuntun kami pada ara...

Semesta

Ketika kata tak lagi mampu melukis keindahanmu, biarkan semesta menjadi saksi. Dalam diamnya, takdir telah lama menulis kisah yang kita sebut kebetulan. Ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan hanya dengan kata. Keindahanmu adalah lukisan hidup yang tak mampu dirangkum dalam sajak. Di mataku, engkau adalah cahaya yang menghangatkan jiwa, warna yang tak pernah memudar meski waktu terus berlalu. Setiap senyummu adalah irama, melodi yang bergetar dalam denyut nadiku, mengajakku kembali ke kenangan penuh warna. Dalam keheningan ini, aku merenungkan betapa dalam rasa ini. Cintaku padamu, meskipun kita terpisah oleh ruang dan waktu, tetap abadi. Dalam setiap detak jantungku, namamu menggema. Satu hal yang pasti: perasaan ini tak akan pudar. Seandainya cinta adalah aliran sungai, kita adalah dua arus yang pernah bersatu, menciptakan riak-riak indah dalam momen-momen berharga. Namun, seperti halnya sungai, kita tak bisa menghindari arus yang mengubah arah. Takdir, seperti bebatuan di dasar sungai...

Shiluet

—Ada kisah yang mesti kutempuh, jejak-jejak sunyi yang mengarah pada ruang tak terlihat. Dalam detak jantung yang bergetar, aku merasakan kehadiranmu, sang pemilik hening. Bisikan dalam kesunyian mengingatkan pada kita, seakan waktu terhenti saat senyummu menyapa. Setiap tatapanmu yang lembut seolah mengurai semua rasa rindu yang terpendam, menghidupkan kembali kenangan indah yang pernah ada. Setelah bertahun-tahun terpisah, takdir membawa kami kembali bertemu. Momen itu terasa magis, seperti alunan lagu yang mengisi ruang di antara kami. Kami berada di tepi pantai saat senja, di mana cahaya keemasan matahari seakan membingkai wajahmu. Laut beriak lembut, dan aroma garam membaur dengan angin yang berbisik. Dalam keramaian itu, dunia seolah mengecil, menyisakan hanya kehangatan di antara dua jiwa yang saling merindu. Aku berusaha menahan setiap getaran di dalam hati, berusaha untuk tidak tampak terlalu bersemangat. Keramaian di sekeliling kita memudar, hanya ada kamu dan aku, terkurung ...