Shiluet
—Ada kisah yang mesti kutempuh, jejak-jejak sunyi yang mengarah pada ruang tak terlihat. Dalam detak jantung yang bergetar, aku merasakan kehadiranmu, sang pemilik hening. Bisikan dalam kesunyian mengingatkan pada kita, seakan waktu terhenti saat senyummu menyapa. Setiap tatapanmu yang lembut seolah mengurai semua rasa rindu yang terpendam, menghidupkan kembali kenangan indah yang pernah ada.
Setelah bertahun-tahun terpisah, takdir membawa kami kembali bertemu. Momen itu terasa magis, seperti alunan lagu yang mengisi ruang di antara kami. Kami berada di tepi pantai saat senja, di mana cahaya keemasan matahari seakan membingkai wajahmu. Laut beriak lembut, dan aroma garam membaur dengan angin yang berbisik. Dalam keramaian itu, dunia seolah mengecil, menyisakan hanya kehangatan di antara dua jiwa yang saling merindu.
Aku berusaha menahan setiap getaran di dalam hati, berusaha untuk tidak tampak terlalu bersemangat. Keramaian di sekeliling kita memudar, hanya ada kamu dan aku, terkurung dalam momen yang penuh makna. Setiap tawa yang lepas dari bibirmu, setiap sorotan matamu yang lembut, mengingatkanku pada semua kenangan manis yang kita bagi. Dalam kebersamaan itu, kami tidak perlu banyak berbicara; kehadiranmu sudah cukup untuk membuatku merasakan kebahagiaan yang mendalam.
Saat senja beranjak pergi dan langit beralih menjadi gelap, aku menyadari bahwa perasaan ini tak pernah hilang. Dalam ketenangan itu, aku merasakan gelombang cinta yang menghanyutkan, mengalir seperti ombak yang tak pernah lelah membelai pasir pantai. Tanpa perlu kata-kata, aku tahu bahwa hati ini masih menginginkanmu, menginginkan kehangatan yang selalu kau berikan.
Dalam hening pelarian senja itu, di bawah langit berbintang, kami berbagi momen yang tak terucapkan. Ada sesuatu yang mengikat kami lebih kuat dari sekadar kenangan—sebuah benang tak terlihat yang terjalin erat. Di saat seperti itu, aku menyerahkan semua perasaan ini pada semesta. Aku bertanya-tanya apakah ini adalah cinta sejati ataukah hanya ilusi perpisahan yang menyakitkan. Namun, semesta seolah menjawab dalam keheningan, menunjukkan bahwa cinta yang tulus tak akan pernah benar-benar hilang, meski jarak dan waktu pernah memisahkan kami.
Seiring dengan suara ombak yang berirama, aku menyadari betapa berartinya kehadiranmu dalam hidupku. Momen-momen ini bukan hanya sekadar kenangan, tetapi pengingat bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya kembali. Dalam perjalanan pulang, aku merasa ada harapan yang mengisi ruang di hatiku, keinginan untuk kembali merajut kisah kita yang sempat terputus.
Saat langkahku menjauh, aku melangkah dengan hati yang lebih ringan, membawa pulang perasaan yang sudah lama kutunggu. Ada keindahan dalam kesederhanaan momen itu—dua jiwa yang menemukan satu sama lain kembali, tanpa perlu berkata-kata, namun dengan pengertian yang mendalam. Akhirnya, aku kembali kepada semesta, menantikan jawaban apakah cinta ini layak untuk diperjuangkan atau jika memang sudah saatnya melepaskannya. Namun, satu hal pasti: aku akan selalu menyimpanmu di dalam hati, sebagai bagian dari cerita hidupku yang paling berharga.
—Jika ada yang menasihatimu pergi, dan hatimu berkata nanti, hingga waktu membuatmu beku, berdiri, dan bertahan hingga hari ini. Maka itu bukan cinta, tetapi sesuatu yang lebih sejati melebihi apapun yang pernah diucapkan semesta.
Aku tak ingin menulis detail tentang moment ini, biar kusimpan sendiri. —mahal soalnya. ;)
Komentar
Posting Komentar