Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

curhat

 Di kamar yang tenang dengan cahaya remang, ingatan saya kembali pada cerita seorang teman minggu lalu. Cerita itu, saya yakin, bukan hanya miliknya, tapi juga pengalaman banyak orang yang pernah merasa goyah, sepi, dan memendam luka. Dengan kata-kata sederhana, saya ingin mengabadikan kekecewaan itu. Bukan untuk meratapi kesedihan, melainkan agar setiap kalimat bisa menenangkan, menumbuhkan pengertian, dan mungkin sedikit kelegaan. Ini tentang mereka yang pernah percaya lalu dikhianati, jatuh dalam kekecewaan tanpa peringatan—kisah yang mungkin sudah sering kita dengar. Teman saya sering menghitung berapa lama dia ditinggalkan. Angka-angka itu bukan sekadar hitungan waktu, melainkan rentetan hari yang membentuk siklus perpisahan yang tak pernah berakhir baik. Setiap detik terasa menyakitkan, setiap jam membayangi langkahnya. Perpisahan itu tidak hanya memisahkan secara fisik, tapi juga melukai hatinya. Kekecewaan datang seperti gelombang besar, menghantam jiwanya dengan kuat, meni...

Dia

 "Seseorang yang Layak Dilihat Lebih Dalam" Dia adalah seseorang yang tak mudah dipahami hanya dengan sekali tatap atau dua kali pertemuan. Ada banyak orang yang memiliki senyum manis, sikap ramah, atau tutur kata lembut. Tapi padanya, semua itu hadir bukan sebagai pertunjukan, melainkan bagian dari dirinya yang paling alami. Ketika ia berbicara, nada suaranya seperti menjaga ritme dunia agar tidak gaduh. Tidak terburu-buru, tidak pula terlalu lambat. Ia bicara untuk dipahami, bukan untuk didengar. Ia mendengar bukan sekadar untuk merespon, tapi untuk benar-benar mengerti. Dari luar, ia terlihat biasa. Tidak mencolok, tidak mencari sorotan. Tapi saat seseorang benar-benar menatap, ada semesta lain yang terlihat di balik matanya. Semesta yang sunyi, tapi hidup. Semesta yang tidak memaksa orang masuk, tapi akan terbuka jika seseorang bersedia mengetuk dengan tenang. Ia dikenal sebagai seseorang yang unik, bahkan sering kali dianggap "aneh" oleh standar umum. Selera hu...

Yang Tak Terlihat Tapi Ada

Aku tak pernah menetapkan bentuk cinta yang spesifik. Bagiku, cinta bukan soal siapa yang bisa memenuhi daftar keinginan. Tapi bagaimana kita saling belajar mencintai diri sendiri terlebih dahulu, sebelum merawat cinta itu bersama. Saling menghargai, saling rispek—itulah keindahan yang sesungguhnya. Karena semua yang indah tak pernah datang dari luar, tapi tumbuh dari dalam, dari proses kita menjadi manusia yang lebih baik. Tipe pasangan ideal itu bukan standar publik. Bukan soal selera orang banyak. Ia lahir dari pilihan kita untuk hidup bersama dalam damai yang panjang. Aku percaya, kebahagiaan bukan sesuatu yang kita temukan di luar sana, tapi sesuatu yang kita bangun bersama seseorang yang kita pilih dengan hati yang jernih. Dulu, saat SMA, laki-laki tampan sering jadi pusat perhatian. Waktu kuliah, perhatian itu mulai menurun. Dan setelah lulus, semua orang mulai sadar: bahwa ketampanan bukan jaminan untuk bahagia. Wajah bisa menua, perhatian bisa pudar, tapi hati dan cara seseora...