curhat
Di kamar yang tenang dengan cahaya remang, ingatan saya kembali pada cerita seorang teman minggu lalu. Cerita itu, saya yakin, bukan hanya miliknya, tapi juga pengalaman banyak orang yang pernah merasa goyah, sepi, dan memendam luka. Dengan kata-kata sederhana, saya ingin mengabadikan kekecewaan itu. Bukan untuk meratapi kesedihan, melainkan agar setiap kalimat bisa menenangkan, menumbuhkan pengertian, dan mungkin sedikit kelegaan. Ini tentang mereka yang pernah percaya lalu dikhianati, jatuh dalam kekecewaan tanpa peringatan—kisah yang mungkin sudah sering kita dengar. Teman saya sering menghitung berapa lama dia ditinggalkan. Angka-angka itu bukan sekadar hitungan waktu, melainkan rentetan hari yang membentuk siklus perpisahan yang tak pernah berakhir baik. Setiap detik terasa menyakitkan, setiap jam membayangi langkahnya. Perpisahan itu tidak hanya memisahkan secara fisik, tapi juga melukai hatinya. Kekecewaan datang seperti gelombang besar, menghantam jiwanya dengan kuat, meni...